Minggu, 26 Maret 2017

Dia bukan yang dulu (Ep.2)

Pacarku bernama Doni. Kami sudah berteman sejak aku kuliah, semester 2. Awal berkenalan, Doni tak tertarik padaku, mungkin karena aku jelek. Begitupun sebaliknya, aku tak tertarik dengannya. Karna perawakannya kurang tinggi. Sebenarnya tipe cowokku yang berbadan tinggi, dan brewokan.haha. Sekitar tahun 2014 aku baru kembali dari luar kota setelah kuliah. Aku bertemu lagi dengan Doni, dia tidak banyak berubah. Aku datang dalam posisi jomblo setelah patah hati dan belum sepenuhnya move on dari mantanku. Kami bertemu lagi dan berteman lagi. Dalam proses move on itu aku sempat berpacaran dengan polisi dan seorang lelaki jangkung bertubuh putih (Bimo) yang aku dapatkan dari hasil iseng (apa2an? Wkwk). Saat aku berpacaran dengan Bimo, aku mulai akrab dengan Doni. Bimo orangnya pekerja keras tapi cuek. Aku tidak suka dengan lelaki yang cuek, seperti jaelangkung. Datang tak dijemput pulang tak diantar. Dan yang lebih parah nya ternyata Bimo sudah mempunyai pacar. Berarti aku selingkuhannya?. Dan tanpa ragu aku pun minta putus. Setelah putus aku tak pernah kepikiran untuk berpacaran dengan Doni, walaupun teman2 ku yang lain menyarankan untuk jadian. Alasanku tak mau dengan Doni adalah yg pertama dia teman ku, aku tak bisa pacaran dengan teman sendiri. Dan yang kedua dia bukan tipe ku. Walaupun ku akui dia lumayan baik sebenarnya. Waktu terus berlalu aku jadi sering keluar dengan Doni, dia orang yang bisa ku andalkan. Sama seperti mantan ku dulu.

Doni tidak pernah menembakku, kami hanya menjalani hubungan seperti air yang mengalir (katanya). Pernah suatu hari aku diajak melihat dia bermain futsal, disitu aku merasa dia keren. Karna dia punya skill yang lumayan. Dan aku suka cowo yang berolahraga. Mungkin disitu lah awal mula aku mencoba menerima dia sebagai pasanganku.

Tak terasa hampir dua tahun kami menjalani hubungan, selama itu kami sangat amat jarang bertengkar. Mungkin hanya sekali dua, dan hanya masalah sepele yang kemudian akan reda dengan sendiri nya. Doni baik, apapun yang ku inginkan dia turuti jika dia bisa. Dia terkadang memperlakukan ku seperti seorang putri menurutku. Walau terkadang dia membosankan, jahil dan kurang nyambung. Ya, terkadang aku jenuh dengan ketidak nyambungan kami membahas sesuatu. Aku lelah di beri pertanyaan yang seharusnya semua orang tau, tapi dia tidak mengerti. Sama seperti sebagian orang lain nya, aku masih sering mengungkit mantan kesayangan ku. Bagaimana aku dimanjakan, diperhatikan dan disayang. Well, setiap orang punya caranya masing2 sebenarnya. Mungkin aku yang masih belum terima dan terbiasa dengan orang yang baru dan sifat yang berbeda.

Sabtu, 25 Maret 2017

Kesan Pertama (Ep.1)

Kisah itu berawal saat  ..
Dia dipanggil untuk melakukan interview di kantor ku. Sebut saja namanya Rio. Aku sudah terbiasa dengan orang2 yang datang interview. Tak pernah ada rasa apa2, suka pun tidak. Begitupun pada si Rio. Biasa saja.
Walaupun wajah nya lumayan manis pada saat itu. Tapi banyak calon karyawan lain yang wajah nya lumayan.
Aku ingat,pada saat interview pertama sebenarnya dia belum beruntung untuk lanjut ketahap berikutnya. Tapi karna keadaan darurat, dia dipanggil lagi untuk interview. Dan diterima.
Kesan pertamaku pada Rio, dia anak yang cukup manis, pendiam dan sepertinya baik. Aku pernah heran melihatnya mengenakan masker, sarung tangan serta jaket kulit dengan mengendarai sepeda motor. Seakan2 melakukan perjalanan panjang, yang ternyata setelah aku tau, rumah nya tidak begitu jauh dari kantor 😑. Aneh, ya begitulah.

Aku memang tipe cewe yang selalu berusaha untuk nice pada semua orang tanpa terkecuali. Tersenyum, membantu jika memang aku bisa dan berusaha mengakrabkan diri dengan menjadi orang yang baik. Aku terbiasa menyapa orang, baik yang kenal maupun tidak jika memang orang itu berada di dekat ku. Dan aku senang bercanda. haha.
Pertama kali aku berteman dengan Rio, saat dia mendapatkan pin bbm ku dari salah satu teman di kantor. Layaknya orang yang berteman di media sosial, kami chating. Tapi tak sering, hanya kadang2 dan seadanya. Percakapan tak penting serta hanya basa-basi. Yang aku ingat kami membahas masalah film. Kami sama-sama hobby nonton film. Walaupun aku tak seaddict dia sebenarnya.  Aku tak pernah tau niatnya sebenarnya apakah memang ingin berteman, menggoda atau apalah. Karna saat itu aku memiliki seorang pacar.